Electricity Lightning

Selasa, 16 April 2013

Rima Ababil

  • Rima Ababil


    karena khalayak tak pernah salah memuja thagut penampakan
    maka kalian adalah terdakwa yang terlalu mendambakan
    domba tanpa gembala, wujud tanpa kepala, dunia tanpa pandawa
    sumpah aral kuasa tanpa palapa
    merakit dunia tanpa manual tunggal
    mengepal surga neraka yang manunggal
    di ujung hari yang berlangit sepekat aspal
    di petang para dajjal neoliberal meminta tumbal
    karena buku sejarah ditulis dengan darah
    dengan anggur dan nanah, dengan kotbah dan sampah
    maka argumen terlahir dari kerongkongan korban
    digorok dipagi buta di lapangan pedesaan
    dikubur bernafas dimalam semua kutukan
    menaruh rima diatas hitungan ritme pukulan rotan Brimob
    pengganti aroma Smirnoff, berakhir
    layak hasrat Deborg berepilog tanpa akhir
    kombinasi mutakhir para gerilyawan Kashmir,
    Tolstoy dan B-boy yang menari diatas pasir
    hingga para aparat Gomorrah tak berdiri tanpa dipapah
    hingga berhala yang kau sembah merata dengan tanah
    dengan khasanah busur serapah tanpa panah
    dengan ranah yang merubah kotbah yang menjadi limbah
    dengan lanskap penuh kesumat, despot melaknat
    penuh bigot yang bersandar pada jaminan polis dan jimat
    maka kupinang kepalan pelumat
    tirani valas yang tak pernah tamat memplagiat kiamat
    hingga liang lahat, dengan eskalasi perang badar
    membakar akar penyeragaman bawah sadar
    pasca kolonial pasca neraka horizontal
    pasca bumi dan langit, aku dan kau menjadi wadal
    sejak para kaisar merapal mantra anti-makar
    sejak para patriot tak pernah sadar menjadi barbar

    rima ini ku rancang untuk menantang mitos
    hegemoni rezim dewa logos
    ku rancang rima ababil yang bidani holokos
    jika kau bangun kastilmu tuk mendominasi kosmos

    antitesa dari semua petuah para tetua
    penguasa gua, gabah dan semua kutukan tak bertuah
    rima ini adalah hitam merah tetesan darah
    pemusnah lintah bendungan siklus hasrat dan amarah
    ludah para penadah gejah yang menawar bid’ah
    yang lupa melawan titah, kerajaan risalah,
    pemungut arwah peluluh lantah kaki tangan kepala berhala yang ku nujum punah
    serupa jalur ziarah satuan batalyon lakon
    yang membantahkan konon gurita monitor panoptikon
    dan jargon perluasan koloni kanon
    perpanjangan netra Mossad dan agenda titipan Pentagon
    agen intelejen berbisik dalam dialek dekaden
    berdiskusi tentang ribuan ancaman bahaya laten
    lumpen yang membangkang, hedonis yang mencoba terbang
    sufi yang menjangkau terang dan anarkis yang merontakekang
    rima ini adalah kontra komando, menolak berkarat
    di pengujung tengat m’rancang beliung serupa tornado
    untuk balans yang banal, balada dalam kanal dialog satu arah sejarah yang berkoar bertemu final
    hingga satu subuh para sayap terentang, menantang menara rutan dengan kesadaran para pecundang
    berembuk di pojokan selokan desa dan urban merakit plot armamen ababil sebelum mentari datang
    sebelum cenayang industri keluar mencari mangsa
    menuai bara dari pusara kalam dan makam wacana
    kesucian taklid yang menyuburkan bencana
    para penikam punggung dan para pengkhianat lantai dansa
    pasca kolonial pasca neraka horizontal
    pasca bumi dan langit, aku dan kau menjadi tumbal
    sejak argumen hanya berkisar di pusaran selasar
    surga dan neraka, kontol, isu kelentit dan biji zakar, yo

    rima ini ku rancang untuk menantang mitos
    hegemoni rezim dewa logos
    ku rancang rima ababil yang bidani holokos
    jika kau bangun kastilmu tuk mendominasi kosmos

Tidak ada komentar:

Posting Komentar